How the Lincoln Memorial was Built

One of the most iconic memorials in DC is the massive Lincoln memorial sitting across the Reflecting Pool in the heart of the capital. The process of creating this monument was, of course, highly…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Cafe with Gavierro

Tin tin.. terdengar suara klakson motor yang berbunyi dari depan rumah Sasya, menandakan bahwa Gavi telah sampai di depan rumahnya. Ya.., sore itu Sasya dan Gavi memang sudah janji untuk pergi ke C&C cafe bersama.

Mii…sasya pergi dulu ya..” sasya menghampiri maminya untuk berpamitan. “Mau kemana kamu sayang?, Udah rapih terus cantik gini lagi” Tanya maminya kepada anaknya yang penasaran, mau kemana anaknya pergi. “Mau ke C&C mi, sasya sepekan ini belum kesana untuk kontrol" jawab sasya kepada maminya. “Kamu pergi sama siapa, sayang? Karen?” Tanya maminya lagi kepada sasya. “Hmm..bukan mi, sama temen aku kok, dia udah nunggu di depan" sasya menjawab dengan jawaban yang pasti agar maminya tidak khawatir. “Ya sudah, hati-hati ya…sayang, pulangnya jangan kemaleman" maminya memberi izin sasya untuk pergi. “Oke mami, makasih mi..aku pergi dulu" sasya memberi jawaban terakhir. Setelah mendapat izin dari maminya, Sasya langsung bergegas keluar menghampiri Gavi yang sudah menunggunya sekitar 10 menit di depan rumahnya. “Hai sya" sapa Gavi dengan nada lembut. “Hai gav, sorry ya.. Lo nunggu lama" jawab Sasya. “Gak lama kok sya, hmm…ini kita naik motor gak papa kan?” Tanya Gavi kepada sasya memastikan, karena takut sasya tidak terbiasa naik motor. “Gak papa kok gav, gue juga biasa naik gojek kok kalo ke kampus pas mobil di service". “Syukur deh kalo gitu, kita berangkat sekarang?” Tanya Gavi lagi. “Yes, sure" jawab Sasya kepadanya. “Sya, sebentar" Gavi mengambil satu helm dan memakaikannya ke kepala Sasya sambil berkata “Pakai dulu helmnya, biar aman dan selamat sampai tujuan". Perhatian itu sontak membuat Sasya kaget, sehingga ia hanya diam mematung didepan Gavi tanpa berkata apapun. “Udah, selesai..yuk berangkat" kata Gavi yang mengajaknya pergi, setelah selesai memakaikan helm ke kepala Sasya.

Selama perjalanan menuju cafe, keduanya hanya diam. Tidak ada yang membuka pembicaraan satu sama lain. Sasya yang masih sedikit syok dengan perlakuan Gavi tadi, masih memikirkan kejadian tadi. Ya, itu memang kali pertama Sasya mendapatkannya, karena hal semacam itu tak pernah ia dapatkan dari Karen selama mereka dekat. Sasya merasa bahwa perhatian kecilnya Gavi telah berhasil mengobrak-abrik suasana hati Sasya. Iya merasa jadi tidak karuan, dan terus kepikiran akan hal itu. Begitupun dengan Gavi, ia tidak membuka pembicaraan bukan karena ia merasa ada yang salah dengan perlakuannya, namun memang ketika dalam perjalanan Gavi tidak pernah mengajak penumpangnya bicara, siapapun orangnya. Karena, ia pikir ngobrol di motor takut membuatnya salah paham. Gavi memberhentikan motornya, dan memarkirkannya tepat di depan C&C cafe. “Sya, udah sampe" kata Gavi memberitahu sasya yang sedari tadi terlihat sedang melamun. “Ohh iya, kok Lo tau cafe gue? Padahal gue gak tunjukin jalannya". Sasya menjawab sambil turun dari motor Gavi. “Kan sekarang ada google maps, tadi waktu masih di rumah, gue itu sempet liat google maps dulu sya, makanya gue hafal. Lagipula daerah sini deket tongkrongan gue sama temen-temen gue" Gavi menjawab pertanyaan Sasya yang sedikit bingung, kenapa Gavi sudah tau tempatnya. “Ohh..iya udah, ayo masuk" Sasya mengajak gavi untuk masuk kedalam cafe. “Sya" panggil gavi sambil mendekat kearah sasya. Sasya sudah berjalan sedikit menuju cafe merasa terpanggil, sehingga membuat ia harus menoleh ke arah Gavi. “Lo suka sama helmnya? Sampe mau di pake gitu kedalam, kalo Lo suka.. nanti gue kasih deh helmnya buat lo" kata Gavi yang terkekeh melihat kelakuan sasya, sambil melepas helm di kepala sasya. Sasya yang merasa dibuat malu akan hal tadi, langsung mengambil langkah cepat kearah cafe, setelah Gavi selesai melepaskan helm dari kepalanya, meninggalkan Gavi dibelakang. Sangat terlihat jelas oleh Gavi raut wajah Sasya yang malu, merah dikedua Sasya yang memberi kejelasan itu. “Sya, tungguin gue dong" Gavi meminta Sasya untuk menunggunya.

Suasana cafe saat itu memang sedang ramai pengunjung, dan hampir setiap harinya selalu begitu. Pengunjung yang datang tidak hanya untuk makan atau minum saja namun, biasanya pengunjung datang untuk sekedar nongkrong, mengerjakan tugas-tugas sekolah ataupun kuliah, hingga urusan kantor. Langkah Sasya kemudian terhenti setelah mendapati Mba Rima berdiri didepannya, dan menyapa. Mba Rina adalah seorang kepercayaan Sasya yang ditugaskan untuk mengelola dan membesarkan cafe miliknya ini.

Sore mba Sasya" sapa Mba rina, “sore mba, ohh iya kenalin mba, ini Gavi temenku, and Gavi ini mba Rina orang kepercayaan gue buat ngurus cafe ini" jawab sasya sambil memperkenalkan keduanya. “Hallo, sore mas Gavi, senang bertemu anda" sapa Mba Rina kepada Gavi. “Hallo mba, sore.. salam kenal mba" jawab Gavi dengan menyapa balik mba Rina. “Hmm.. gav kayaknya Lo duduk duluan aja deh, gue mau ngobrol-ngobrol dulu sama mba Rina sekalian cek pembukuan Minggu ini, gak papa ya?”, kata Sasya yang memerintahkan Gavi untuk duduk sembari menunggu sasya, “Terserah Lo deh pokoknya mau duduk dimana, di lantai 2 boleh, atau kalo mau di VIP roomnya juga boleh" sambung Sasya. “Hmm…oke, gue duduk di sudut cafe sana ya..” jawab Gavi sambil berjalan menuju meja yang terletak di sudut cafe. Menunggu selama 15 menit ternyata membuat Gavi sedikit bosan, dan ia berfikir untuk berjalan mengelilingi cafe, sekedar mengetahui detail cafe milik Sasya ini. Sampai tiba-tiba langkah Gavi terhenti di depan sebuah bartender coffee. “Mas, gua boleh ikutan masuk gak?” Tanya Gavi pada seorang barista. “Mas nya mau dibuatkan kopi?” jawab barista tersebut. “Enggak, gua mau ikutan masuk aja. Kopi mah gua bisa bikin sendiri, boleh gak?” tanya Gavi sekali lagi, sekaligus meminta izin agar ia diperbolehkan masuk kedalam bartender tersebut. “Saya gak enak mas, mas kan tamunya mba Sasya, jadi harus saya layani dengan baik" barista itu menjawab dengan nada sopan. “Udah gak papa, gak usah takut dimarahin Sasya, nanti gua bilang ke Sasya ini emang kemauan gua" tanpa mendapat persetujuan dari barista tersebut Gavi dengan sengaja langsung masuk ke dalam bartender, dan mengambil 1 apron untuk ia gunakan. “Gua tuh sama kayak lu, kerjanya barista gini, cuma bukan di sini aja, makanya gua bilang tadi gua bisa buat kopi sendiri. Mau coba coffee latte buatan gua gak?” Gavi mencoba mengakrabkan diri dengan barista tersebut. “Boleh, mas" jawab barista tadi dengan nada yang terdengar masih sama, kaku dan sangat sopan. “Panggil gua Gavi aja, gak usah pake mas, gua liat juga kayaknya kita seumuran. Lagian nih ya..gua tuh mau ikutan masuk ke sini, buat sharing-sharing sama lu tentang pengalaman kerja, kan sama-sama barista kita" Gavi sedikit bercerita tentang pekerjaan dirinya, nah, udah jadi kopinya. Lu cobain dah" Gavi meminta barista itu untuk mencoba kopi buatannya. “Gimana? Enak gak?” tanya Gavi yang penasaran dengan rasa kopi buatannya menurut sesama barista. “Enak mas, enak. Ini resepnya gimana mas?” jawab barista tersebut sambil menanyakan resep kopi buatan Gavi. “Resepnya ya..rahasia, tapi kalo bos Lo mau Nerima gua kerja di sini, gua siap kasih tau resepnya" Gavi menjawab dengan sedikit candaan. Kemudian tiba-tiba, Sasya datang menghampiri Gavi dan bertanya untuk apa Gavi disana, “Gav, kok Lo di sini, ngapain?”. “Ini tadi gue maksa masuk, buat bikin kopi sya, gak papa kan ya? Lo jangan marahin karyawan Lo ya..” jawab Gavi dan meminta Sasya untuk tidak memarahi karyawannya yang sedari tadi mengobrol dengan Gavi. “Gak lah, gue gak akan marahin siapa-siapa gav, emang Lo bisa bikin kopi ala barista?” tanya Sasya pada Gavi. Gavi menjawab pertanyaan Sasya sekaligus bertanya pada barista yang tadi mengobrol dengannya, untuk meyakinkan Sasya akan kemampuannya “Yah..dia ngeremehin gua bro, kopi buatan gua enak kan?”, “Enak mas, enak mba Sasya, kopi buatan mas Gavi. Tadi saya sudah coba" jawab barista itu. “kalo emang bisa, coba buatin gue segelas hot coffee latte, terus bawa kesana ya..” Sasya mencoba menantang Gavi untuk membuatkannya segelas hot coffee latte, sambil menunjuk ke arah meja di sudut cafe. Gavi yang merasa tertantang langsung mengiyakan permintaan Sasya untuk membuatkan segelas kopi “Oke, tunggu disana ya..nanti gue bawa kopi Lo kesana". 10 menit kemudian, Gavi datang membawa segelas coffee latte pesanan Sasya tadi “Segelas hot coffee latte, untuk model cantik, sekaligus founder C&C cafe ini". “Hmm..lebay Lo, tapi thanks kopinya gav. Dari aromanya si enak, gue cobain ya?” kata Sasya. “Sure" Gavi mempersilahkan Sasya untuk meminum kopi buatannya. “Gimana enak?” Tanya Gavi pada Sasya, yang penasaran akan penilaian Sasya. “Enak, enak banget. Gue baru tau Lo bisa kopi di seenak ini, lain waktu bisa ngajarin gue nih.., hehe" jawab Sasya dengan sedikit candaan. Obrolan mereka terus berlanjut, dan semakin melebar, menceritakan tentang dirinya satu sama lain, sampai tidak terasa langit sudah gelap, dan waktu menunjukkan pukul 7 malam, yang mengharuskan mereka untuk pulang. “Gav, pulang yuk! Udah malem nih..nanti nyokap nanyain gue" Sasya mengajak Gavi untuk pulang bersama, “Gak kerasa ya..udah malem aja, gue masih mau ngobrol banyak padahal sama Lo sya" jawab Gavi dengan sedikit berat dihati. “Next time deh, tapi sekarang kita emang udah harus pulang, cafe juga bentar lagi tutup" Sasya mengajak Gavi sekali lagi. “Oke, yuk pulang, gue harap bisa ketemu dan ngobrol banyak lagi sama Lo sya" jawab Gavi yang mengiyakan ajakan Sasya, dengan harapan dirinya dapat bertemu lagi dengan Sasya. Dengan berat hati keduanya bangun dari kursi, dan berjalan menuju parkiran motor, untuk pulang.

Add a comment

Related posts:

How to deal with trolls

For the past five years as a blogger and reviewer, I’ve received rude and nasty comments on social media. During that time I’ve had to endure unnecessary name-calling, negative remarks from anonymous…

Sometimes Children Have To Be A little Bit Naughty

Every Nigerian child can relate to being forced to act in one way or another, which is deemed the only acceptable way to behave. As girls we a taught to sit with our legs closed, be quiet but not too…

Social Media became the advertisement platform for small business all around the world. Total social media user hit 3.5 billion total users in 2019.

It is easier to reach more people by advertising on social media than typical advertising method. In 2018 digital spending in social media and other digital marketing is $283.35 billion and it will…